Kamis, 30 September 2010

Longsor sedalam 6 Meter di Perum KOPKAR PLN Batam

Fren semua, hujan deras yang mengguyur batam kemaren bahkan sejak hari Rabu 29 September 2010 hujan deras sudah mulai menyiram Batam menyebabkan titik-titik banjir dimana-mana. Tapi ada yang aneh di daerah ini tepatnya di perumahan KOPKAR PLN blok E5 yang berada tepat di pinggir jalan menuju ke perumahan Bukit Palem Permai Batam. Setelah hujan reda tiba-tiba jalan perumahan di depan rumah dibawah ini ambrol, memang jalan tersebut belum diaspal alias cuma tanah merah biasa. Lubang yang dihasilkan cukup besar bahkan mungkin lebih dari 6x6 meter sehingga jalan di depan rumah ini tidak bisa digunakan lagi bahkan lubang ini juga memakan halaman dari rumah malang ini. Sungguh suatu fenomena yang aneh dan entah ini salah siapa, yang jelas tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas hal ini.



Sumber tambahan : Berita di Batam POS

Selasa, 28 September 2010

Kampret bin Kalong

Tentang kampret bin kalong atau kalong bin kampret entah mana yang benar atau yang betul, atau bahkan semua salah karena kalong tidak mungkin punya bapak seekor kampret dan juga tidak mungkin kalong punya anak seekor kalong. Menurut ahli biologi kedua mahluk malang itu beda spesiesnya, tapi karena saya bukan ahli biologi jadi saya tidak akan bahas nama latin dari si kalong ataupun si kampret tadi.
Hampir seharian tadi hujan kadang deras dan kadang gerimis tapi sudah cukup untuk bikin Batam banjir lokal dimana mana mengakibatkan kemacetan yang dibuat buat oleh orang kaya yang pengen gaya pake mobil diceper-ceperin tapi begitu lihat banjir seleher (anak ayam) langsung minder terus jalan ngelawan arah karena takut mobilnya kebanjiran bikin orang pada (kepengen) manggil tu mahluk malang yang nyupir mobil .. "Hei kampret!! Mobil lu dah kayak buaya gitu masa sih masih takut sama banjir ?" .. Hehe bikin saya jadi mengurut dada sendiri menyabarkan diri biar gak tersinggung, masa mobilnya dibilang mirip saya sih, enak aja ..
Pas di U-Turn kemacetan panjang terjadi, jalan cuma dua jalur, satu dipakai untuk mobil yang mutar balik dan satu dipakai untuk mobil yang mau lurus. Anehnya seharusnya yang jalur lurus bebas tanpa hambatan tapi kok masih macet juga ya .. ternyata setelah merayap cukup lama baru ketemu jawabannya, beberapa mobil yang pengemudinya (seperti) mahluk malang (yang namanya kampret) tadi menggunakan jalur yang seharusnya lurus untuk mutar balik, kebayang gak mobil yang mau lurus jadi terpaksa berhenti menunggu mobil di depannya mutar balik ? Sekali lagi sayang sekali ternyata mobil-mobil bagus tersebut dikendarai oleh (para) Kampret ganteng dan cantik yang karena egoisnya tidak perduli dengan pengendara lain yang dibikin macet karena kelakukan nya.
Sekali lagi saya mengurut dada, sabar memang gampang dibicarakan tapi susah dilakukan, padahal kampret sendiri termasuk hewan yang sabar, kampret dengan sabar menunggu malam hari untuk mencari makan, gak pernah kan keliatan kampret cari makan siang bolong. Makanya kalo gak bisa sabar ya kalah dong sama kampret. Tapi anehnya kenapa ya kok kampret sering dijadikan umpatan, tidak seperti saudara jauhnya si Kalong. Yang sering terdengar kan umpatan "Dasar Kampret Lu..!!" tapi gak pernah terdengar "Dasar Kalong Lu ..!!" kedengerannya janggal kan kalo ngumpat pake nama kalong. Apa salah dan dosamu ya wahai kampret ..

Minggu, 15 Agustus 2010

Ngantri di Bank Mandiri

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme memang obrolan yang paling asyik dibahas di Warung Kopi apalagi sambil nyeruput Kopi Susu kental wow rasanya luar biasa ditemani pisang goreng atau kalau mau agak elit dikit ya ngopinya di starbuck atau kalau di batam ada Gadeno sambil makan Pizza dan menikmati fasilitas hot spot mereka. Tapi anyway karena kondisi keuangan saya yang belum memungkinkan akan lebih baik kalau ngopinya sesuai budget aja, hehe kok jadi bahas kopi ya okelah kalo begitu kita kembali ke laptop.

Jadi gini nih ceritanya, pada suatu hari atau dalam bahasa jawanya once upon a time in batam saya mengantri di Bank Mandiri cabang batam center. Bukan karena banyak duit terus mau ngambil duit buat dibagi bagi ya tapi mau bayar hutang jadi harus setor tunai ke rekeningnya temen yang di Jakarta. Pertama dateng antrian sudah cukup panjang dan kasir yang melayani cuma ada dua counter saja, tapi karena sudah kadung janji sama temen ya saya tetap membulatkan tekad dan masuk ke antrian. Setelah cukup lama mengantri dan Baru mulai menikmati suasana ngantri yang tertib ternyata salah satu kasir di counter keluar dari ruangnya dan berjalan melewati kami yang sedang ngantri, ada Bapak-bapak di antrian depan saya menegur kasir cewe tersebut (untuk informasi kasir cewe ini pake jilbab dan lumayan manis biarpun kelihatannya sih sudah cukup berumur tapi masih bahenol juga kayaknya, he he he ups kembali ke laptop), pertama si kasir cuma menjawab teguran dari si Bapak seadanya saja kemudian sebelum kembali ketempat si kasir tersebut memanggil security dan entah apa yang disampaikan oleh si kasir setelah si kasir kembali ketempatnya si security mendekati si Bapak dan memanggilnya kemudian saya tidak mendengar lagi apa obrolan mereka tapi kemudian si bapak tadi memberikan ktp dan buku tabungannya serta selembar check ke si security kemudian si security masuk lewat pintu samping ke ruang si kasir tadi dan memberikan semua yang dititipkan si Bapak tadi ke kasir. Si Kasir tetap Jaim dan terus melayani pelanggan lain tapi si bapak ikutan nimbrung di sebelah si pelanggan yang sedang dilayani si kasir itu kemudian sim salabim setelah proses yang tidak begitu lama si Bapak tadi selesai dan pulang sedangkan saya masih menunggu sambil ngedumel di dalam antrian.

Luar biasa kan, beginilah sistem yang berjalan di Indonesia, karena kenal sama orang tertentu beberapa proses birokrasi bisa selesai dalam hitungan menit, berapa banyak orang di antrian yang dilewati oleh si Bapak tadi. Sedangkan saya karena tidak kenal sama si kasir terpaksa menghabiskan waktu sampai lebih dari setengah jam cuma buat setor uang saja.

Sampai kapan kondisi ketidak adilan seperti ini akan dipertahankan dan kemanakah saya harus mengadu.